FGD Guru Agama dan PKn dalam Penguatan Karakter Bangsa

 

IMG_20150214_101314Sinergi bangsa menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Tantangan dan Peluang Pendidikan Agama dan Kewarganegaraan dalam Penguatan Karakter Bangsa di Era Global”, pada Sabtu, 14 Februari 2015 di SMA N 1 Yogyakarta. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dan Sinergi Bangsa (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Wawasan Kebangsaan), FGD dilaksanakan menjadi 2 Sesi.

Pada Sesi I menghadirkan narasumber Drs. Slamet Sutrisno, pemerhati Kebangsaan, dan Kyai Jazir. Acara ini kemudian dilanjutkan dengan FGD yang dibagi menjadi 2 komisi, pertama, komisi Pkn yang terdiri dari guru-guru PKn dan Komisi Agama yanag terdiri dari guru-guru Agama. Fokus materi yang dibahas terkait bagaimana guru-guru Pkn dan Agama menghadapi tantangan dalam memberikan materi pelajaran Agama dan Kewarganegaraan terkait dengan Penguatan Karakter Bangsa di Era Global. Kedua, bagaimana peluang Pendidikan Agama dan Kewarganegaraan dalam Penguatan Karakter Bangsa di Era Global, dan bagaimana harapan guru terkait materi pengembangan materi Pkn dan Agama dalam penguatan karakter bangsa.

Kepala SMA N 1 Yogyakarta dalam sambutan acara FGD ini menyatakan bahwa persoalan atau fenomana yang terjadi dalam kehidupan di sekolah adalah menyangkut mata pelajaran di sekolah yang tidak ada relevan dengan masuknya Perguruan Tinggi dan UN bukan menentukan kelulusan. Sehingga, siswa merasa kurang memiliki semangat untuk belajar. Menurut Kepala SMA N 1 Yogyakarta Pendidikan di Indonesia dalam keadaan yang gelap gulita, dan dunia pendidikan tidak sesederhana yang kita bayangkan. Kegiatan ini menjadi penting dan menjadi bersinergi untuk memperkuat karakter bangsa di tengah-tengah persaingan global, jangan kita kalah, ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Suhartati, Bagian Pendidikan Menengah, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta menyatakan bahwa memang topik ini memang harus dan wajar kalau kita bahas, meskipun gagasan pendidikan karakter sudah ajak sejak lama ketika masa Ali Murtopo menyebutnya sebagai nation and character building, pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menyebutkan sebagai pendidikan karakter, dan pada era Pemerintahan Jokowi menyebutkan revolusi mental, ada perkembangan pemikiran tentang konsep pendidikan karakter.

Slamet Sutrino, dalam ceramahnya menegaskan bahwa pendidikan karakter adalah bertujuan untuk membangun etos bangsa. Ironisnya, pendidikan sekarang ini justru mengajarkan fanatic tertentu dan guru sekarang dijajah oleh administrasi. Bicara tentang demokrasi di Indonesia harus dibangun menjadi demokrasi Indonesia. Tolok ukur demokrasi adalah pilihan rasional,tegas Slamet Sutrisno.

Pada sesi FGD berbagai pertanyaan kritis dan refleksi diungkapkan oleh berbagai guru yang hadir pada acara FGD. Seperti bagaimana sebenarnya relasi agama dan negara di Indonesia, apa yang membedakan urusan agama di serahkan ke pemerintah dan bagaimana penanganan ekpresi keagamaan pada ranah sosial.

Leave a Reply

Your email address will not be published.